Salam sejahtera.
Saat saya
kembali ke dunia maya dan membaca beberapa artikel dan status yang sudah lama
saya tinggalkan, mata saya tertuju pada sebuah cerita mengenai seorang ayah
yang menggendong mayat anaknya dari Jakarta menuju Bogor dengan menumpang
Kereta Rel Listrik (KRL). Cerita ini merupakan cerita lama yang diangkat
kembali untuk menyadarkan kita bahwa itulah potret kehidupan masyarakat bawah
di Indonesia. Segala keterbatasan membentengi jalan hidup mereka.
Namun ada
sebuah cerita yang cukup mengejutkan dan terjadi di kota Samarinda, tepatnya di
Rumah Sakit Terbesar di Kalimantan Timur. Cerita yang nyaris sama terjadi
dengan masyarakat bawah yang menggunakan Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA)
yang mendapatkan perlakuan kurang manusiawi oleh petugas dirumah sakit
tersebut.
Cerita ini
saya dapatkan dari salah satu saudara saya yang kebetulan bekerja dirumah sakit
tersebut. Dia bercerita mengenai seorang ibu yang melahirkan anaknya dan
kemudian anak tersebut meninggal. Dengan menggunakan JAMPERSAL (Jaminan
Persalinan) dari pemerintah, ibu tersebut mendapatkan pelayanan layaknya
dirumah sakit. Namun ada hal yang membuat saya miris. Anak yang baru dilahirkan
meninggal tadi disuruh dibawa dengan menggunakan tas kresek saat keluar rumah
sakit layaknya membawa baju kotor atau makanan! Alasannya kalau nanti digendong
pas di pintu keluar pasti akan ditanya sekuriti dan disuruh lapor ke kamar
jenazah. Di kamar jenazah akan ada biaya administrasi lagi. Berhubung si ibu
dan keluarganya berasal dari keluarga yang tidak mampu, maka mereka mengikuti
anjuran dari salah satu petugas di sana.
Menurut saudara
saya, hal ini bukan yang pertama kalinya terjadi. Dengan alasan yang sama, dan
keterbatasan pendidikan dan biaya dari keluarga korban, maka hal tersebut
dilakukan.
Hati saya
sedih sekali mendengar hal tersebut. Di kota besar dengan fasilitas rumah sakit
yang terbaik di Kalimantan Timur, masih ada saja perlakuan diskriminatif dan
tidak manusiawi terhadap orang miskin. Mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah
rasa kemanusiaan sudah hilang sehingga perlakuan kepada bayi yang sudah
meninggal pun harus sedemikian rupa?
Banyaknya
perlakuan tidak menyenangkan sudah sering saya dengar dan rasakan apabila kita
dirawat dirumah sakit dengan pelayanan “kelas bawah”. Mulai dari kata-kata
kasar dari petugas yang tidak seharusnya diucapkan, hingga perbuatan dari oknum
petugas yang terkesan lambat sehingga menambah penderitaan pasien bahkan ada
yang sampai meninggal.
Hal ini yang
harus direformasi oleh pemerintah daerah dan pengelola rumah sakit. Rumah sakit
sebagai pelayan publik tidak seharusnya membuat perbedaan pelayanan terhadap
rakyat bawah, menengah dan atas. Perbedaan “kasta” ini sering kali membuat
manajemen pun lebih memperhatikan dan memberikan yang terbaik terhadap “kasta
atas” sedangkan golongan “kasta bawah” cukup lah dengan pelayanan dan sarana
yang ada.
Sudah
saatnya manajemen rumah sakit dan pemerintah daerah untuk membuka mata dan
hatinya agar rumah sakit bukan sebagai tempat “bisnis” semata, melainkan tempat
untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada siapa saja tanpa memandang status
sosial, agama, suku, dan pekerjaan. Semoga kedepannya pemerintah daerah dan
manajemen rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat
sehingga fungsi utama rumah sakit sebagai pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dapat berjalan dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Pesan Anda