Innalillahi wa innaillahi roji'un...
Musibah ambruknya jembatan Ing Martadipura Kutai Kartanegara hari Sabtu (26/11) kemarin masih menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga korban khususnya dan bagi warga Kaltim pada umumnya. Jembatan yang menghubungkan Tenggarong dan Samarinda kini tenggelam di dasar sungai Mahakam untuk selamanya.
Tak ada yang bisa menolak takdir dari Sang Kuasa. Keindahan dan kebesaran jembatan kebanggaan Kota Raja tersebut tinggal kenangan hanya dalam beberapa detik. Banyak yang mengaitkan sebab runtuhnya jembatan dengan hal-hal mistis. Namun yang pasti, runtuhnya jembatan tersebut diakibatkan tidak kuatnya jembatan pada saat itu menahan beban statis dari kendaraan yang mengantri.
Menurut keterangan beberapa warga dan korban yang selamat, saat kejadian kondisi lalu lintas jembatan memang macet total karena ada pemeliharaan rutin terhadap jembatan yang membuat arus kendaraan harus bergantian melalui jembatan.
Yang menjadi pertanyaan saya mengapa pengaturan arus lalu lintas di atas jembatan tidak menggunakan sistem buka tutup seperti di Jembatan Mahakam lama. Mengapa harus membiarkan kendaraan mengantri diatas jembatan yang bila dilihat konstruksinya merupakan tipe jembatan gantung.
Seingat saya waktu sekolah dulu, dalam pelajaran fisika dan matematika kita diajari bagaimana cara kerja pembuatan jembatan dengan perhitungan matematik. Jembatan gantung yang dibuat menggunakan kawat penahan (slang) hanya mampu menahan berat beban berjalan bukan berat beban statis (diam). Secara logika, apabila beban berjalan melintas diatas jembatan akan lebih ringan berat bebannya dibandingkan saat benda tersebut diam.
Menurut saya hal inilah yang mengakibatkan runtuhnya jembatan kukar. Kondisi macet ditengah jembatan membuat kekuatan kendaraan statis dan terus bertambah. Hal ini mengakibatkan jembatan tidak sanggup menahan berat beban berpuluh-puluh kendaraan.
Kedepannya saya berharap pemerintah bisa melakukan perhitungan teknis yang cermat terhadap semua sarana dan prasarana publik. Jangan hanya sibuk berhitung berapa keuntungan yang bisa masuk ke kantong pribadi sehingga kualitas dari sarana dan prasarana publik pun ikut di"sunat". Pikirkan bahwa setiap pekerjaan dan kegiatan yang kita lakukan adalah ibadah. Jangan mengharapkan keuntungan dunia yang sesaat dengan mengorbankan banyak orang. Ingatlah bahwa suatu saat kita akan dimintai pertanggungjawaban atas semua kegiatan dan ibadah kita didunia selama hidup.
Semoga Allah mengampuni dosa para korban dan memberikan ketabahan kepada keluarga yang ditinggalkan. Amin ya robbal 'alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Pesan Anda